Senin, 19 September 2011

Periksa Apa Yang Ada (1) : Tongkat

Ayat bacaan: Keluaran 4:2
====================

Sebuah penelitian menyebutkan bahwa setidaknya ada 4000 peluang yang hadir di depan kita setiap harinya. Ini jumlah yang sangat banyak, tetapi kita jarang menyadarinya. Tanpa sadar kita melewatkan setiap peluang yang ada di depan mata dan terus mengeluh bahwa kita tidak bisa melakukan apa-apa. Bahkan tidak jarang orang kemudian menyalahkan Tuhan atas keadaan yang ia hadapi. Mau buka usaha tetapi tidak ada modal, mau bekerja tetapi tidak ada lowongan, atau belum apa-apa sudah merasa yakin pasti tidak diterima. Betapa sering masalahnya datang bukan dari situasi melainkan justru lewat keraguan atau pola pikir negatif dari diri sendiri. Ada pula orang yang sulit bangkit dari kegagalan. Mereka trauma dan menjadi tidak lagi berani untuk bangkit. Bagi kita yang kerap melewatkan peluang untuk sukses dan sulit bangkit dari kegagalan terdahulu, hari ini saya ajak untuk menanyakan kepada diri sendiri: "Apa yang ada pada kita?" Apa yang masih tertinggal dalam diri kita dan apa yang bisa kita lakukan dengan itu untuk sukses? Cara berpikir seperti ini akan membantu kita dalam melepaskan kegagalan dari masa lalu, membantu kita untuk menyadari potensi diri kita sendiri, membebaskan kita dari ketakutan memandang masa depan dan tentu saja membawa kita kembali menyadari apa yang Tuhan telah sediakan bagi kita.
Alkitab pun mengajarkan kita untuk memiliki pola pikir seperti itu. Kita bisa membacanya lewat kisah Musa. Menyambung renungan kemarin mengenai Musa, mari kita lihat kembali bagaimana keraguan berkecamuk di dalam pikirannya yang sama seperti bentuk keraguan yang kerap mengganggu kita. Musa menanyakan: "Bagaimana jika mereka tidak percaya kepadaku dan tidak mendengarkan perkataanku, melainkan berkata: TUHAN tidak menampakkan diri kepadamu?" (Keluaran 4:1). What if, how if, itu isi pikiran Musa yang sama dengan apa yang seringkali membuat kita takut untuk mulai bergerak melakukan sesuatu. Reaksi Tuhan adalah sebagai berikut: "TUHAN berfirman kepadanya: "Apakah yang di tanganmu itu?" (ay 2a). lalu Musa menjawab: "Tongkat." (ay 2b). Tongkat. Bisa sejauh mana sih tongkat berguna? Ini cuma tongkat kayu yang tidak akan bisa dipakai untuk sesuatu yang besar. Itu mungkin yang dipikir Musa. Tapi lihat apa kata Tuhan berikutnya. "Firman TUHAN: "Lemparkanlah itu ke tanah." Dan ketika dilemparkannya ke tanah, maka tongkat itu menjadi ular, sehingga Musa lari meninggalkannya." (ay 3). Musa kaget melihat tongkatnya tiba-tiba berubah menjadi ular. Lalu selanjutnya "Tetapi firman TUHAN kepada Musa: "Ulurkanlah tanganmu dan peganglah ekornya" --Musa mengulurkan tangannya, ditangkapnya ular itu, lalu menjadi tongkat di tangannya." (ay 4). Lihatlah bahwa Tuhan menunjukkan dengan jelas bahwa meski di mata manusia sebuah tongkat bukan sesuatu yang besar nilai harganya, tetapi itu bisa berubah menjadi luar biasa lewat kuasa Tuhan. Dan itulah yang dikatakan Tuhan pula. "supaya mereka percaya, bahwa TUHAN, Allah nenek moyang mereka, Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub telah menampakkan diri kepadamu." (ay 5). Apa yang menjadi kekeliruan Musa pun menjadi kekeliruan yang masih kita lakukan hingga hari ini. Kita terlalu sering memandang hanya kepada kekurangan dan tidak melihat kelebihan kita terutama dengan adanya penyertaan Tuhan. Musa lebih tertarik untuk melihat ketidakmampuannya berbicara ketimbang menyadari bagaimana Tuhan bisa menyatakan kuasaNya yang mengatasi segalanya lewat sebilah tongkat kayu yang ia miliki. Tuhan mengalihkan pandangan Musa dari ketidakpercayaan dirinya menghadapi tugas maha berat yang harus ia emban kepada apa yang ada padanya saat itu. Hanya sebilah tongkat, itu lebih dari cukup untuk melakukan sesuatu yang luar biasa jika Tuhan berada bersamanya. Tuhan bisa mengubahkan hal-hal yang biasa atau tidak ada istimewanya yang ada pada Musa untuk melakukan mukjizat-mukjizatNya. Dan kemudian kita melihat bagaimana iman Musa bertumbuh seiring waktu, dimana mukjizat Tuhan pun bertumbuh semakin besar lewat pelayanannya.

Hanya sebilah tongkat dimiliki Musa yang tidak lagi muda dengan kekuatan yang tidak besar. Ketidakmampuannya untuk berbicara dengan baik menambah ketidakyakinannya. Tetapi lihat bagaimana Tuhan menyatakan kuasaNya di atas keterbatasan kita. Sebuah tongkat cukup bagi Tuhan untuk menyatakan kuasaNya. Seringkali kita luput menyadari hal ini karena kita hanya memandang ke satu arah: kepada ketidakmampuan atau keterbatasan kita. Kita lupa bahwa kuasa Tuhan mampu mengubah keadaan, mengubah keterbatasan menjadi sesuatu yang luar biasa. Dan kita harus ingat bahwa justru dibalik kelemahan kita kuasa Tuhan akan menjadi sempurna atas kita. "Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna." (2 Korintus 2:9) Jika lewat Musa kita bisa melihat hal ini, besok mari kita melihat kisah lainnya lewat mukjizat Yesus yang mengubahkan lima roti dan dua ikan untuk memberi makan ribuan orang.

Periksalah dahulu apa yang kita punya sebelum terlalu sibuk mengeluh atas apa yang tidak kita punya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar