Selasa, 13 September 2011

Tuhan Bagiku.....

Kasih Tuhan tidak pernah berubah, demikian juga dengan janjiNya. Petikan ayat dari kitab Ratapan menunjukkan dengan jelas kasih setia Tuhan pada kita. (Ratapan 3, 22 Tak berkesudahan kasih setia TUHAN, tak habis-habisnya rahmat-Nya, 3:23 selalu baru tiap pagi; besar kesetiaan-Mu! 3:24 "TUHAN adalah bagianku," kata jiwaku, oleh sebab itu aku berharap kepada-Nya. 3:25 TUHAN adalah baik bagi orang yang berharap kepada-Nya, bagi jiwa yang mencari Dia. 3:26 Adalah baik menanti dengan diam pertolongan TUHAN. 3:27 Adalah baik bagi seorang pria memikul kuk pada masa mudanya. 3:28 Biarlah ia duduk sendirian dan berdiam diri kalau TUHAN membebankannya. 3:29 Biarlah ia merebahkan diri dengan mukanya dalam debu, mungkin ada harapan. 3:30 Biarlah ia memberikan pipi kepada yang menamparnya, biarlah ia kenyang dengan cercaan. 3:31 Karena tidak untuk selama-lamanya Tuhan mengucilkan. 3:32 Karena walau Ia mendatangkan susah, Ia juga menyayangi menurut kebesaran kasih setia-Nya).
Pernah aku merasa putus asa yang teramat sangat, dan saat itu, aku merasa "bunuh diri" adalah jalan keluar satu satunya. Sebab aku sudah tidak sanggup  menanggung beban derita ini lebih lama lagi. Pada saat aku akan melakukan "bunuh diri", aku mohon ijin pada Tuhan. Aku katakan dalam hati " Tuhan, maafkan aku, aku sudah tidak sanggup lagi menahan derita ini, aku adalah manusia gagal, pecundang dan tidak berharga. Aku tidak mampu berkomunikasi dengan baik terhadap adik adikku, mereka membenci aku, membenci istriku, membenci anak anakku. Aku tidak bisa menyesuaikan diri di lingkungan tempat aku bekerja. Aku benci bekerja. Aku tidak mampu memberi materi untuk menyenangkan ke dua orang tuaku. Hutang hutangku semakin membesar. Untuk membawa anak anakku berobat ke Puskesmas saja aku tidak mampu. Ya Tuhan, betapa terkutuknya aku ini di hadapanMu. Aku mohon restuMu untuk mengakhiri hidupku Tuhanku."
Tiba tiba sekujur tubuhku terasa dingin, badanku terasa ringan. Sayup sayup kudengar senandung anak perempuanku dari dalam kamarnya " selalu baru...dan tak pernah terlambat pertolonganMu....kekal setiaMu....di spanjang hidupku...". Tidak terasa air mataku menitik, aku menangis tersungkur di kamarku. Suara senandung anakku yang pada saat itu tidak bisa kuliah karena aku tidak punya uang. Aku menangis sejadi jadinya. Anak ini, meskipun tidak kuliah karena ketidak mampuan bapaknya, tidak putus asa, tidak menyalahkan aku bapaknya. Dia tetap merdoa, dan percaya Tuhan akan menolongnya. AKu menangis dan menyembah Tuhan.
Sampai saat inipun kesulitan hidup masih menghantui perjalanan hidupku, perjalanan hidup keluargaku, istriku, anak anakku. Aku belum juga mampu membawa istri dan anak anakku untuk keluar dari kesulitan hidup ini. Kondisi keuangan masih serba kurang, hutang hutang masih belum terbayar. Tapi puji Tuhan, Mujizat Tuhan telah datang, Tuhan memberi tempat pada anak perempuanku kuliah, kuliah di sebuah perguruan tinggi negeri di bandung. Terima kasih Tuhanku. Aku bingung melihat cara Tuhan memasukkan anakku ini kuliah. Uang 15 juta untuk biaya gedungnya berdatangan dari berbagai sumber yang tidak terduga. Tidak terfikirkan sama sekali. Yang jelas dia kuliah sekarang ini. Terima kasih Tuhan. Aku tahu, anak anakku ini adalah titipanMu kepadaku. Mereka adalah anak anakMu. Sekarang aku percaya Tuhanku, kalau Engkau berani menitipkan dua anak kepadaku, artinya, Engkau percaya padaku, Engkau akan memperlengkapi aku untuk membesarkan kedua anak ini. Ya Tuhan, betapa bodohnya aku selama ini. Aku selalu bersandar pada kekuatanku. Sekarang aku lihat sendiri Tuhanku, bagaimana Engkau memasukkan anakku ini kuliah di Universitas Terkemuka dengan cara yang sungguh ajaib. Ampuni aku Tuhanku, ampuni dosa dosaku ini Tuhan. Jadikanlah aku saluran berkatMu. Pakailah aku Tuhan. Pakailah aku Tuhanku, aku pasrah pada kehendakMu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar