Ayat bacaan: Keluaran 3:14
========================Berkecimpung di dunia musik untuk masa waktu yang sudah lumayan lama membuat saya mengenal dan mendapati musisi-musisi yang justru bersinar sangat terang dibalik kelemahannya, baik mengenal secara pribadi maupun lewat sejarah hidup mereka. Ada seorang gitaris dengan gaya gypsi yang legendaris bernama Django Reinhardt. Lahir dengan jumlah jari utuh, musibah menimpanya di tahun 1928 ketika caravan yang ditumpanginya mengalami kebakaran. Tangan kirinya terbakar dengan kondisi yang sangat parah. Dengan sisa dua jari yang masih berfungsi di tangan kirinya ia malah berhasil menciptakan fingering system baru. Bayangkan memainkan senar-senar hanya dengan dua jari, mungkinkah? Rasanya sulit dipercaya. Tetapi Django justru mampu memainkan chord dan melodi keduanya hanya dengan dua jari. Django bersinar justru dibalik keterbatasan atau kelemahannya, mengatasi logika manusia. Di korea ada pianis muda wanita yang hanya memiliki empat jari. Tetapi ia mampu bermain lebih baik dari yang masih lengkap jari-jarinya.
Di Indonesia saya bertemu dengan pemuda yang buta tetapi permainan pianonya sudah sekelas pemain terkenal dunia. Ada penyanyi yang buta, bahkan gitaris tim musik di gereja saya ada yang tidak mempunyai kaki dan sebelah tangan, tetapi masih mampu melayani para jemaat untuk memuji Tuhan sekalipun ia harus digendong untuk naik dan turun. Lewat mereka-mereka ini saya mendapatkan pelajaran yang sangat berharga dalam hidup. Mereka tidak meratapi kekurangan mereka. Mereka tidak berfokus kepada keterbatasan kondisi mereka, tidak memandang kepada apa yang mereka tidak punya melainkan memaksimalkan apa yang masih mereka punya, dan itu ternyata mampu membuat mereka bersinar dengan hebatnya.
Di Indonesia saya bertemu dengan pemuda yang buta tetapi permainan pianonya sudah sekelas pemain terkenal dunia. Ada penyanyi yang buta, bahkan gitaris tim musik di gereja saya ada yang tidak mempunyai kaki dan sebelah tangan, tetapi masih mampu melayani para jemaat untuk memuji Tuhan sekalipun ia harus digendong untuk naik dan turun. Lewat mereka-mereka ini saya mendapatkan pelajaran yang sangat berharga dalam hidup. Mereka tidak meratapi kekurangan mereka. Mereka tidak berfokus kepada keterbatasan kondisi mereka, tidak memandang kepada apa yang mereka tidak punya melainkan memaksimalkan apa yang masih mereka punya, dan itu ternyata mampu membuat mereka bersinar dengan hebatnya.
Betapa seringnya kita hanya sibuk memandang keterbatasan dan kekurangan kita. Kita mengeluh atas kelemahan dan mengabaikan kelebihan kita. Kita merasa percuma dalam berjuang karena terlalu sibuk memandang segala keterbatasan kita. Kita ragu akan kemampuan kita, kita ragu akan kesempatan untuk berhasil, padahal keraguan bukannya menolong tetapi justru membuat kita makin terpuruk. Seorang tokoh Alkitab yang sangat terkenal bernama Musa ternyata pernah mengalami keraguan yang sama ketika ia diutus Tuhan. Musa saat itu tidak lagi muda, dan ia merasa bahwa kemampuannya berbicara tidaklah baik. Maka ketika Tuhan tiba-tiba memanggilnya dikala Musa sedang menggembalakan domba-domba mertuanya Yitro, ia pun ragu. Banyak pertanyaan hadir di benaknya dan itu ia sampaikan kepada Tuhan. "Siapakah aku ini, maka aku yang akan menghadap Firaun dan membawa orang Israel keluar dari Mesir?" (Keluaran 3:11). Jawab Tuhan: "Bukankah Aku akan menyertai engkau?" (ay 12). Musa kembali bertanya, dan kemudian lihatlah bagaimana jawaban Tuhan berikut: "AKU ADALAH AKU." Lagi firman-Nya: "Beginilah kaukatakan kepada orang Israel itu: AKULAH AKU telah mengutus aku kepadamu." (ay 14). Dalam bahasa Inggrisnya lebih tegas: "I AM WHO I AM and WHAT I AM, and I WILL BE WHAT I WILL BE." Meski Tuhan sudah berkata sebegitu tegasnya, serangkaian pertanyaan masih dikemukakan Musa berdasarkan keraguannya akan kemampuan yang ia miliki. "Lalu kata Musa kepada TUHAN: "Ah, Tuhan, aku ini tidak pandai bicara, dahulupun tidak dan sejak Engkau berfirman kepada hamba-Mupun tidak, sebab aku berat mulut dan berat lidah." (4:11). Jika melihat versi bahasa Inggris, kelihatannya Musa memiliki masalah dalam berbicara. "..for I am slow of speech and have a heavy and awkward tongue." Tapi lihatlah jawaban Tuhan: "Siapakah yang membuat lidah manusia, siapakah yang membuat orang bisu atau tuli, membuat orang melihat atau buta; bukankah Aku, yakni TUHAN? Oleh sebab itu, pergilah, Aku akan menyertai lidahmu dan mengajar engkau, apa yang harus kaukatakan." (ay 11-12). Mungkin benar bahwa Musa punya kelemahan dalam hal berbicara. Musa bukanlah orator atau politisi yang pintar bersilat lidah, ia pun bukan penyair atau pengarang lagu yang handal merangkai kata. Tetapi Musa lupa satu hal, dan ini sangat penting. Bukan kemampuan kita yang menentukan, tetapi kuasa Tuhanlah yang memampukan.
Sepanjang berbagai kisah dalam Alkitab, Tuhan berulang kali membuktikan bahwa Dia sanggup memakai siapapun. Mulai dari gembala hingga pembantai orang Kristen, mulai dari anak-anak, wanita hingga orang tua, orang berdosa, pemungut cukai, nelayan, pelacur, semua bisa diubahkan Tuhan menjadi saluran berkatNya dan Dia pakai secara luar biasa. Paulus yang punya latar belakang sangat buruk sebagai pembantai orang Kristen, bisa diubahkan begitu luar biasa dalam sekejap. Paulus adalah mantan penjahat besar, tetapi bisakah kita bayangkan apa jadinya tanpa Paulus? Setelah Paulus aktif melayani, ia pun pada suatu kali pernah merasa terganggu atas kelemahannya dan meminta kepada Tuhan. Tetapi apa kata Tuhan? "Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna." (2 Korintus 2:9) Akhirnya Paulus pun menyadari bahwa bukan kemampuannya yang penting tetapi Tuhan lah yang memampukan, sehingga ia sampai pada satu kesimpulan, bahwa dalam kelemahannya-lah dia menjadi kuat. (2 Korintus 12:10).
Kelemahan kita, ketidakmampuan kita, keterbatasan kita, kekurangan kita, bahkan ketidaklengkapan kita sekalipun bisa dipergunakan Tuhan untuk menyatakan kuasaNya. Tuhan mampu memenuhi kita dengan kekuatan sehingga segala keterbasan kita bisa tetap dipakai untuk hal yang baik. Kita tetap bisa bersinar meski dalam keterbatasan. Yang pasti, jika itu rencana Tuhan, maka Dia sendiri telah menyediakan segala yang kita butuhkan. Dalam pandangan kita atau manusia mungkin itu terlihat tidak cukup, logika kita mungkin berkata bahwa apa yang kita miliki tidaklah ada apa-apanya, tetapi jika Tuhan yang menghendaki, maka apapun bisa terjadi. Para tokoh-tokoh musik yang saya sebutkan di atas sudah membuktikan bagaimana mereka justru bersinar terang di atas kelemahan mereka. Dalam melayani Tuhan pun demikian. Tidak harus super sarjana untuk berhasil dalam hidup, tidak harus jadi super pendeta untuk mampu melayani. Kita semua bisa dipakai Tuhan untuk menyatakan kemuliaanNya. We all can be used for His glory. Berbagai latar belakang kita, selemah apapun, bisa diubah menjadi sumber berkat luar biasa. Dibalik segala kelemahan kita, kuasa Tuhan justru menjadi sempurna. Bahkan Firman Tuhan secara spesifik berbicara mengenai hal ini dengan panjang lebar. "Sebab yang bodoh dari Allah lebih besar hikmatnya dari pada manusia dan yang lemah dari Allah lebih kuat dari pada manusia. Ingat saja, saudara-saudara, bagaimana keadaan kamu, ketika kamu dipanggil: menurut ukuran manusia tidak banyak orang yang bijak, tidak banyak orang yang berpengaruh, tidak banyak orang yang terpandang. Tetapi apa yang bodoh bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan orang-orang yang berhikmat, dan apa yang lemah bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan apa yang kuat, dan apa yang tidak terpandang dan yang hina bagi dunia, dipilih Allah, bahkan apa yang tidak berarti, dipilih Allah untuk meniadakan apa yang berarti." (1 Korintus 1:25-28). Dalam segala keterbatasan kita, datanglah pada Tuhan dan berpeganglah padaNya. Kita akan terus bertumbuh dalam kekuatan, semangat, dan sukacita jika kita terus membangun hubungan dengan Bapa di Surga. Semua tergantung seberapa besar kita mau taat, seberapa besar kita mau mematuhi dan menuruti kehendakNya bagi hidup kita. Tuhan sudah berkata bukan kekuatan kita yang penting, melainkan kuasaNya. "I AM WHO I AM and WHAT I AM, and I WILL BE WHAT I WILL BE." Kita harus menyadari betul bahwa "Akulah Aku", itu jauh lebih penting dari siapa aku. Berhentilah fokus terhadap kelemahan, tetapi maksimalkan terus apa yang ada pada kita. Tuhan mampu memberkati kita secara luar biasa lewat apapun yang ada pada kita hari ini, dan Dia sanggup memakai itu untuk menjadi saluran berkat kepada orang lain disekitar kita.
Kuasa Tuhan justru sempurna dalam kelemahan kita
Tidak ada komentar:
Posting Komentar