Tuhanku, ini hari kedua mami tidak di rumah. Sibuk mengurus dan mengajari Boru hidup mandiri di Bandung. Aku berdua saja di rumah bersama Doli. Mami dan Boru di Bandung sudah kehabisan uang untuk memperbaiki dan membersihkan ruang asrama tempat Boru tinggal selama di Bandung. Uang di ATM Boru tinggal Rp. 300.000,-, sekali makan Rp. 10.000,-, kalau sehari tiga kali makan, perlu Rp. 30.000,- perhari. Ongkos Rp. 20.000,-, total Rp. 50.000,-. Jadi Rp. 300.000,- itu bisa untuk 6 hari.
Tuhanku, dalam Matius 6:26 tertulis sabdaMu :” Pandanglah burung-burung di langit, yang tidak menabur dan tidak menuai dan tidak mengumpulkan bekal dalam lumbung, namun diberi makan oleh Bapamu yang di sorga. Bukankah kamu jauh melebihi burung-burung itu?”. Jadi aku tidak perlu khawatir tentang apa yang akan kami makan besok, jelas sekali Tuhanku, itulah makna sabdaMu. Sebab kami jauh melebihi burung burung itu. Tuhanku, hutangku ada di mana mana, rekening listrik dan telepon harus di bayar, kalau tidak akan di putus oleh PLN dan Telkom. Gas harus di beli, beras, lauk pauk dsb. Ya Tuhan, semua itu memerlukan uang. Uang dan Uang. Sementara usahaku belum satupun yang menghasilkan. Gimana ini Tuhan???
Tuhanku, tidak alasan bagiku untuk mempertanyakan bagaimana caranya Engkau akan menolongku. Siapalah aku ini Tuhan, aku hanya setitik debu diantara mega ciptaanMu yang maha besar ini. Dalam Mazmur 103:13 Engkau bersabda “Seperti bapa sayang kepada anak-anaknya, demikian TUHAN sayang kepada orang-orang yang takut akan Dia.” Juga pada Amsal 3:12 engkau ulangi Tuhan “Karena TUHAN memberi ajaran kepada yang dikasihi-Nya, seperti seorang ayah kepada anak yang disayangi.”. Benar Tuhanku, aku sangat menyayangi anak anak yang Kau titipkan pada kami.
Aku bahkan rela dan iklas melakukan apa saja demi memenuhi kebutuhan anak nak titipanMu ini. Aku tidak perduli bagaimana sikap anak anakku ini padaku.
Apakah mereka nantinya akan berterima kasih atau tidak.
Apakah mereka mau melakukan sesuatu untukku atau tidak.
Apakah mereka menyadari atau tidak menyadari bagaimana susahnya aku mencari uang itu.
Aku tidak perduli Tuhan, aku tetap menyayangi dan mencintai mereka.
Ya Tuhanku, begitu jugakah sayangMu padaku??
Jadi Tuhanku, apakah yang harus aku lakukan sekarang ini???
Apakah aku harus menunggu???
Apakah aku berhenti khawatir dan menutup fikiran membanyangkan kekurangan yang sedang di alami Boru di Bandung??? Bersabdalah Tuhanku...jawablah pertanyaanku ini.
Tuhan, aku takut. Tolonglah aku Tuhan. Tolonglah aku. Jangan biarkan aku dipermalukan di depan anak anak titipanMu ini Tuhan. Aku akan malu sekali bila tidak mampu membayar biaya hidup dan biaya sekolah Boru. Aku malu Tuhan.
Memang Tuhan, tidak ada dasarnya aku takut. Tidak ada dasarnya aku malu. Engkau yang menitipkan anak anak ini padaku, tentu Engkau tahu siapa aku. Engkau tahu kemampuanku, Engkau tidak akan membiarkan aku dipermalukan. Sebab bila aku dipermalukan, itu artinya mempermalukan diriMu Tuhan. Sebab aku juga anakMu. Aku ada di dalam Engkau, Engkau ada di dalam Aku. (Yohanes 17:21 supaya mereka semua menjadi satu, sama seperti Engkau, ya Bapa, di dalam Aku dan Aku di dalam Engkau, agar mereka juga di dalam Kita, supaya dunia percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku.) Sebab aku adalah anakMu. Tapi aku masih merasa ketakutan Tuhanku, takut melihat anak anakku menderita dan dipermalukan karena kondisi ini.
Tolong aku Tuhan, agar aku tidak merasa ketakutan. Agar aku memiliki keyakinan Teguh akan Engkau. Bapak, bapak jangan tinggalkan aku. Eloi, Eloi, jangan tinggalkan aku. Amen
Kejadian 50: 15-21
"Jadi janganlah takut, aku akan menanggung makanmu dan makan anak anakmu juga." Demikianlah ia menghibur mereka dan menenangkan hati mereka dengan perkataannya.
Kejadian 50: 15-21
"Jadi janganlah takut, aku akan menanggung makanmu dan makan anak anakmu juga." Demikianlah ia menghibur mereka dan menenangkan hati mereka dengan perkataannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar